Senin, 28 Mei 2012

Kutipan Langsung


Kutipan Langsung

Kutipan langsung adalah kutipan yang dikutip oleh seorang penulis secara literal huruf demi huruf, kata demi kata, atau kalimat demi kalimat dari teks lain dan dimasukkan secara persis sama ke dalam teks yang ditulisnya.
Kutipan langsung juga dapat dikutip dari sumber tertulis dan dari sumber lisan atau sumber tak tertulis. Pengutipan dengan menggunakan sumber tak tertulis lebih lemah daripada kutipan dari sumber tertulis. Untuk memperkuat kutipan lisan, penulis dapat menyalin kutipan langsung dan meminta pengesahan dari si pembicara lisan itu bahwa memang dia yang mengucapkan kata-kata tersebut. Pengesahakan dapat dilakukan menggunakan paraf, tanda tangan, atau bahkan segel atau materai.
Dalam bahasa-bahasa modern, kutipan langsung dituliskan di dalam tanda kutip ganda ("...") dan diakhir dengan teks sumber yang dikutip itu beserta tahunnya bila dimasukkan dalam kalimat atau ditampilkan dalam bentuk blok, bila berdiri sendiri. Dalam bahasa-bahasa kuno, aturan tata bahasa semacam itu tidak ada, karena tanda baca semacam tanda kutip ganda belum dikenal. Dalam naskah Injil kuno, kutipan langsung juga tidak dibedakan dari kutipan tidak langsung, karena dalam bahasa Yunani Kuno tidak dikenal sama sekali tanda baca, bahkan spasi antar kata pun belum dikenal.
Contoh kutipan langsung:
  1. Kenyataannya, Rumelhart menyatakan bahwa skemata adalah "benar-benar blok konstruksi kognisi" (1981: 33).
  2. Saya berani menyatakan kepada anda bahwa skemata adalah "benar-benar blok konstruksi kognisi" (Rumelhart, 1981: 33).
  3. Tapi, apakah sebenarnya skemata itu?
    Skemata adalah benar-benar blok konstruksi kognisi" (Rumelhart, 1981: 33).

Jumat, 25 Mei 2012

Analisis Folklor Daerah

ASAL-USUL KABUPATEN PEKALONGAN

A.   RINGKASAN CERITA
Menurut cerita rakyat zaman dahulu di desa kesesi ada seorang yang sakti manderaguna bernama Ki Ageng Cempaluk. Beliau mempunyai seorang putra yang bernama Raden Bahu. Sejak kecil Raden Bahu sudah terlihat kepintarannya karena ayahnya orang yang sakti.
Raden Bahu terus dilatih dengan ajaran-ajaran yang baik dan dibimbing untuk  selalu ingat kepada Allah SWT oleh ayahnya. Yang bertujuan untuk menjadikan Raden Bahu mempunyai watak yang luhur dan hormat kepada keluarganya ketika dewasa nanti.
Suatu ketika Ki Ageng Cempaluk menyuruh R. Bahu untuk mengabdi pada Mataram. Menurut ayahnya hidup R. Bahu jangan dihabiskan untuk menetap di desa saja, karena ilmunya tidak akan berkembang jikalau masih menetap di desa. Ayahnya juga berpesan agar R. Bahu jangan bersikap sombong ketika nanti dia telah sukses. R. Bahu juga harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga selau dibimbing menuju jalan yang benar.
R. Bahu meminta izin kepada ayahnya untuk pergi ke Mataram dan dengan meminta restu pula. Pada waktu itu di Mataram sedang ada Pasewakan. Semua patih dan menteri menghadap kepada Sultan Agung untuk membahas pembuatan bendungan Kali Sombong yang tak pernah selesai dibuat namun mengeluarkan banyak biaya dan menelan banyak korban. Kemudian R. Bahu menghadap Sultan Agung dan langsung menawarkan diri untuk mengabdi pada sultan. Sultan agung langsung menerima tawaran dari R. Bahu karena R. Bahu merupakan anak dari Ki Ageng Cempaluk yang tak lain tak bukan adalah sahabat dari Sultan Agung. Kemudian Sultan Agung memeberikan syarat kepada R. Bahu sebagai awal dari pengabdiannya untuk menangani proyek Kali Sombong tersebut. Lalu berangkatlah R. Bahu bersama prajurit yang diutus Sultan Agung untuk membantunya.
Setelah sampai Kali Sombong. Disana ternyata terjadi banjir bandhang walaupun tidak turun hujan sebelumnya. Kemudian R. Bahu melakukan tapa dan meminta pertolongan dari Allah. Tak lama ia digoda oleh Raja Ular yang besar dan akan menyerang dirinya. R. Bahu langsung minggir dan berperang hebat dengan Raja Ular itu. Raja Ular kalah dan dibebaskan dengan syarat membantu R. Bahu menyelesaikan proyek Kali Sombong ini. 

SASTRA MENYINGGUNG DAN MEMBANGUN KESADARAN MASYARAKAT

SASTRA
MENYINGGUNG DAN MEMBANGUN KESADARAN MASYARAKAT
Pardi Suratno
Kepala Balai Bahasa Semarang
 
 
 

1.      Fungsi sastra

Sastra adalah karya intelektual (karya yang lahir dari pikiran cerdas), bukan karya dari hasil khayalan atau lamunan. Karya sastra yang bermutu hanya dapat diciptakan oleh seseorang yang memiliki intelektual tinggi atau cerdas. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki tingkat  intelektual tinggi yang memadai dapat dipastikan tidak mampu menghasilkan karya sastra yang bermutu. Misalnya puisi, puisi mengajarkan kepada semua orang bahwa puisi itu memiliki makna sehingga tidak tepat jika terdengar ungkapan hanya puisi. Puisi adalah getaran jiwa, bukan hanya rangkaian kata tanpa makna.

Sejak lama sastra diakui sebagai media membangun kesadaran. Bahkan sastra diyakini memenuhi fungsi hiburan dan edukasi (dulce at utilte) sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media penanaman nilai-nilai berorientasi terhadap pengembangan kehidupan seseorang, masyarakat dan bangsa.

Minggu, 20 Mei 2012

Re-Post : Sastrawan Cyber Mendobrak Hegemoni 


Sastrawan Cyber Mendobrak Hegemoni 

Pada mulanya adalah kejenuhan. Kejenuhan pada Hegemoni kekuasaan media-massa cetak koran yang kebetulan punya halaman "sastra" pada edisi hari Minggu-nya, yang sebenarnya tak lebih dari semacam "sisipan after thought" atas keberadaan apa yang disebut sebagai Sastra Indonesia Modern. Semacam sebuah "penebusan dosa" media koran terhadap terpuruknya posisi dan reputasi Sastra Indonesia di kampungnya sendiri. Hegemoni kekuasaan koran dalam penentuan selera sastra para pembaca sastra modern berbahasa Indonesia, pada saat yang bersamaan juga mempengaruhi bentuk dan gaya produk sastra yang diciptakan, biasanya mengambil wujud kasat-akibat dalam diri seorang redaktur budaya/sastra yang konon terpilih atau sangat beruntung diberikan posisinya itu karena dia dianggap "mampu bersastra". Atau mengerti soal sastra. Hegemoni kekuasaan ini termanifes lewat "pilihan" karya-karya sastra, apa itu puisi atau cerpen, yang "pantas" terbit dan yang "pantas" tidak terbit. Bagi kasus terakhir, syukur kalau dipulangkan ke pengirimnya. Hegemoni kekuasaan ini karenanya sudah jadi tembok bencana karatan bagi kebanyakan bakat-bakat muda yang seharusnya mendapat sedikit dukungan untuk prospek masa depan karier sastranya, sudah jadi begitu brengsek dan fascis makanya sudah sangat pantas untuk dihancurkan jadi debu dan dibuang untuk tidak diingat lagi selama-lamanya ke lobang wc umum terminal bis antar-kota di pulau Jawa.

Review : Azab dan Sengsara


RESENSI NOVEL


Judul Buku      : Azab dan Sengsara
Karya              : Merari Siregar
Penerbit           : Balai Pustaka
Cetakan Ke-     : XVII
Tahun Terbit     : 2000
Angkatan         : 20-An
Tebal Buku      : 163 Halaman
Harga buku      : -
Genre              : Roman
RESENSI
Novel AZAB DAN SENGSARA ini merupakan novel pertama terbitan BALAI PUSTAKA. yaitu sekitar tahun 1920. Novel yang bertemakan kawin paksa ini dikarang oleh Merari Siregar. Sepertinya penulis sangat menonjolkan suatu kesengsaraan dalam karyanya ini, sehingga si pembaca dapat terbawa oleh alur cerita ini. Penulis juga mengangkat adat istiadat yang berlaku di daerahnya.
Keunggulan buku ini diantaranya penulis dalam ceritanya mengutamakan penonjolan-penonjolan tokoh-tokoh yang lemah dan tunduk terhadap orang-orang yang berhati kotor. Hal ini cukup mengundang simpati pembaca sehingga pembaca dapat merasa terharu.
Dalam novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar, penggambaran hubungan manusia dalam kehidupan bermasyarakat sangat jelas. Hubungan sosial tersebut meliputi sikap tolong-menolong, saling menghargai dan menghormati sesama manusia, peraturan-peraturan adat dalam pernikahan, dan sebagainya.
Sikap tolong-menolong terlihat ketika Aminuddin menolong Mariamin yang terjatuh di sungai. Saat itu, keduanya sedang meniti jembatan untuk menyeberangi sungai, namun naas bagi Mariamin karena terjerumus masuk sungai yang arusnya deras. Dengan sigap, Aminuddin melompat hendak menolong Mariamin. Sikap yang digambarkan oleh Aminuddin ini merupakan sikap yang mencerminkan hubungan sosial yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Sabtu, 19 Mei 2012

Karangan

Nama                  : Novia Rochmawati
NIM                    : 13010111130048
Jurusan               : Sastra Indonesia
Mata Kuliah         : Penyuntingan / Editing

Antara Guci, Saya dan Allah

Novia Rochmawati, itulah nama yang diberikan orang tua saya pada saya. Lahir di sebuah desa yang bernuansa islami, saya pun tak luput dari pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Selama empat tahun saya memepelajari cara membaca Alqur’an mulai dari tajwid, ghorib dan lain sebagainya. Dan hingga saat pertengahan kelas 5 SD/MI, saya berhasil mengkhatamkan pendidikan saya ini. Namun banyak kisah yang saya alami selama menuntut ilmu di TPA. Salah satunya kisah berikut ini yang kemudian dapat menjadi pembelajaran bagi kehidupan saya selanjutnya.

Kisah ini dimulai ketika saya memasuki kelas 2 SD/MI. karena pada waktu itu di madrasah saya kelas 2 masuk pada waktu siang hari, maka pembelajaran di TPA pun dimulai pagi hari. Sekitar pukul 06.00 WIB saya sudah bersiap dan berangkat ke TPA bersama kedua sahabat saya, Santi dan Isma. Pukul 07.30 WIB kami telah menyelesaikan tugas kami untuk mendalami ilmu membaca Al-qur’an. Perjalanan pulang kami pun menjadi amat seru. Setiap pulang kami bertiga selalu menyempatkan diri utnuk sejenak mampir ke kolam keramat di kompleks Masjid Jami’ Desa Wonoyoso, desa kami tercinta. Kami percaya dengan mitos yang beredar, bahwa siapapun yang dapat meraih atau memegang guci yang berada di tengah kolam yang mempunyai lebar 2,5 meter tersebut, maka besok jikalau ulangan akan memeperoleh nilai 100. Karena itu kami percaya, lalu kami membuktikan. Dan kami pun semakin percaya karena kamilah buktinya. Setiap kami bisa menyentuh guci tersebut, besoknya kami mendapatkan nilai 100.


Analisa Cerpen

TUGAS ANALISA CERITA PENDEK (CERPEN)
“SANG PEMIMPIN”
Karya : Sori Siregar
Oleh : Novia Rochmawati


A.     Sinopsis Cerita

Karim yang lima tahun menghilang dari kompleks pemukiman, tiba-tiba muncul bersama keluarganya. Konon, selama ini dia bersekolah di Selandia Baru dan mendapat gelar yang sukar diingat oleh warga di kompleksnya. Karena gelar tersebut memakai bahasa Inggris dan jarang dibicarakan di kalangan warga yang rata-rata pendidikannnya tidak tinggi. 

Dengan gelar barunya itu, wajar sekali kalau Karim menganggap dirinya sebagai orang yang paling pintar di kompleks. Seluruh kompleks juga bangga karena ada di antara warganya yang menggunakan gelar sekolah tinggi, dengan memakai bahasa Inggris pula. Persatuan Warga Kompleks (PWK) tanpa ragu-ragu segera mengangkatnya sebagai ketua. Kosim ketua yang sedang menjabat denagan senang hati melepas jabatannya dan menyerahkannya pada Karim.

Belakangan, tanpa sadar kekaguman kelima teman Karim semasa tiga tahun di SMP, tokoh Saya, Bokar, Zaini, Djohan dan Lahmdin pada Karim semakin meningkat. Kefasihan bicaranya benar-benar memesona. Terkadang mereka yang oleh Karim diangkat menjadi pelindung tetap juga mengangguk, walaupun mereka sadar yang diucapkan Karim hanya bualan belaka.

Mereka berlima pun lantas semakin sadar dan mulai megungkapkan kelu kesahnya terhadap karim yang hanya omong saja. Tanpa ada tindakannnya sama sekali. Mereka pun merasa jikalau Karim telah memanfaatkan mereka untuk bekerja. Namun masyarakat melihat Karim seolah-olah yang menjadikan acara-acara di kampong sukses, padahal itu pekerjaan kelima temannya. Jika disuruh untuk maju ke depan untuk ceramah ataupun berpidato dia langsung menyambar, tetapi untuk pekerjaan seperti kerja bakti ia langsung cepat-cepat pergi dengan alasan bekerja padahal hari minggu.

Semakin lama seluruh warga kompleks pun menagih segala janji-janji manis Karim lewat kelima pelindungnya itu. Namun pelindung itu pun nampaknya tidak dapat membela Karim karena memang yang dilakukan Karim telah kelewat batas. Karim pun marah dan merekaberlima hanya bisa melihat Karim berbicara, karena memang itu satu-satunya kemampua yang ia miliki.